Ternyata dibalik sebuah nama Pasir Sakti terdapat sebuah makna yang melekat didalamnya. Ada sebuah kekayaan melimpah di bumi Pasir Sakti. Ya, Pasir....
Bukan sebuah kebetulan kecamatan ini dinamakan Pasir Sakti. Tentu saja Pasir Sakti menyimpan sebuah kekayaan alam yaitu pasir kuarsa, pasir debu dan pasir bangunan. Sebuah harta karun yang tersimpan di kecamatan yang notaben desanya banyak desa terisolir atau bahkan desa tertinggal.
Namun seiring berjalannya waktu, penyedotan yang dimulai dari tahun 2004 sampai dengan sekarang kian menimbulkan masalah bagi warga. Setidaknya pada tahun 2012 untuk desa Rejomulyo saja lahan kering potensi sawit dan perumahan telah disulap menjadi sebuah lautan seluas 350 hektar dengan kedalaman 4 sampai 8 meter
sisa sedotan tambang |
Penambang terus menyedot pasir ini karena dirasa pasir yang di hasilkan tidak kunjung habis. "pasir disini tuh 'mana (tidak ada habisnya)'" sebut seorang buruh sedot pasir.
buruh menyedot pasir |
seperti:
Sisa Tambang Tidak Produktif
Lahan begas sedotan ini menjadi tidak produktif dikarenakan tingkat keasaman air yang sangat tinggi. Sehingga benih ikan yang ditebar disini akan sulit tumbuh dan berkembang biak
Sisa Tambang Tidak Produktif
lautan seluas 350ha sedalam 4 - 8m |
Jalan Rusak
Jalan rusak ini dikarenakan struktur pasir yang kurang padat akan tetapi setiap harinya dilalui kendaraan berbeban berat dengan intensitas 200 sampai 250 kali tiap harinya.
jalan rusak di desa Rejomulyo |
Lahan Makin Berkurang
rumah digusur |
Penyedotan pasir yang makin meluas ini menjadi sebuah dilema bagi masyarakat kecamatan Pasir Sakti sendiri. Seperti buah si malakama dimana jika penambangan ini dihentikan, maka banyak buruh yang adalah masyarakat Pasir sakti sendiri akan kehilangan pekerjaan. Dilain sisi jika penambangan ini diteruskan, maka lambat laun akan menjadikan kecamatan Pasir Sakti sendiri tenggelam.
Sampai saat ini aparat desa dan kecamatan terus mencari solusi akan masalah ini, namun titik temu belum ditemukan juga.
Sepertinya kita harus kembali kepada diri sendiri dan lebih merenungkan pepatah "kekayaan alam warisan nenek moyang" dan pepatah "kekayaan alam titipan anak cucu kelak". Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa sumber daya alam bukan hanya merupakan kekayaan yang diwariskan kepada kita namun juga sebagai bekal anak cucu kita kelak. Hendaknya kita dapat memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, karena kita masih bertanggung jawab akan bekal yang akan kita berikan pada anak cucu kita kelak. Jika hal ini tidak ditemukan solusinya. Bayangkan seperti apa Kecamatan Pasir Sakti 10 atau 20 tahun mendatang?
Ayo pak stop penambangan nanti kita bisa klelep. Alias tenggelam
BalasHapusMohon maaf, boleh saya tahu admin blog ini siapa?
BalasHapusMohon info dmna pembeli pasir dr kali..
BalasHapus